Posted by : Fadkhur Rachman Dzaky
Senin, 15 September 2014
Dalil-Dalil Keutamaan Ilmu Dari Al Qur’an
Terdapat banyak dalil, baik dari Kitabullah maupun Sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjelasakan tentang keutamaan,
keagungan serta ketinggian ilmu. Diantaranya adalah :
Pertama : Firman Allah Ta’ala :
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ [آل عمران:18]
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [Ali Imraan : 18]
Ayat ini menunjukkan akan keutamaan ilmu, karena Allah ta’ala telah menggandengan persaksian para ulama’ dengan persaksian-Nya dan persaksian para malaikat, bahwa Dia adalah sesembahan yang benar, yang berhak diibadahi, tidak ada Ilah yang benar melainkan Dia.
Kedua : Allah Ta'ala berfirman:
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَالَّذِيْنَ أُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجَات
"Allah akan meninggikan orang-orang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat “ [QS. AlMujadilah :11]
Ketiga : Allah ta’ala ketika menjelaskan keutamaan ilmu serta keagungan kemuliaannya berfirman :
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ [الزمر:9]
“Katakanlah, apakah sama antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak tahu.” [Az Zumar : 9]
Dalam ayat ini Allah ta’ala membedakan antara ahlul ilmi dengan selainnya. Dia menjelasakan bahwa tidaklah sama antara orang yang tahu kebenaran dengan orang yang jahil akan kebenaran.
Keempat : Firman Allah ta’ala :
وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا [طه:114]
“Dan katakanlah (wahai Nabi Muhammad) tambahkanlah ilmu kepadaku.” [Thaaha : 114]
Allah ta’ala memerintahkan NabiNya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta kepadaNya tambahan ilmu. Ini adalah dalil yang sangat jelas akan keutamaan menuntut ilmu, karena tidaklah Allah perintahkan kepada beliau untuk meminta tambahan sesuatu kecuali hanya tambahan ilmu.
Kelima : Allah ta’ala menjelaskan tentang kemuliaan ahlul ilmi serta keutamaan mereka dalam firman-Nya :
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ [فاطر:28]
“Sesungguhnya yang benar-benar takut kepada Allah diantara para hamba-Nya adalah para ulama’.” [Faathir : 28]
Didalam ayat ini Allah ta’ala menerangkan bahwa ulama’ yang haqiqi adalah orang yang takut kepada Allah (ahlul khosyah).
Dalil-Dalil Keutamaan Ilmu Dari As Sunnah
Kita dapati banyak sekali dali-dalil yang besumber dari al
Qur’an yang menunjukkan akan keutamaan ilmu. Demikian pula dalil-dalil yang
berasal dari As Sunnah An Nabawiyah dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Diantaranya adalah :
Pertama : Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam
shahihnya, dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ
عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ
فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ
إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ ، وَحَفَّتْهُمُ
الْمَلَائِكَةُ ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Barangsiapa yang menempuh suatu perjalanan dalam rangka
untuk menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan baginya jalan ke surga. Tidaklah
berkumpul suatu kaum disalah satu masjid diantara masjid-masjid Allah, mereka
membaca Kitabullah serta saling mempelajarinya kecuali akan turun kepada mereka
ketenangan dan rahmat serta diliputi
oleh para malaikat. Allah menyebut-nyebut mereka dihadapan para malaikat.”
Kedua : Sebuah hadits yang ada di shahihain dari Muawiyah
radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ
فِي الدِّينِ
“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan, niscana
akan difahamkan tentang urusan agamanya.”
Hadits ini menunjukkan bahwa seorang hamba yang memiki
semangat dan perhatian dalam menuntut ilmu merupakan salah satu tanda yang
menunjukkan bahwa Allah menghendaki kebaikan baginya. Karena siapa saja yang
Allah kehendaki padanya kebaikan maka akan difahamkan dalam urusan agamanya.
Ketiga : Hadits yang dikeluarkan oleh Abu Dawud dan yang
lainnya, dari Abu Darda radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا
سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ
أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ ، وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ
مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ، وَإِنَّ
فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ
الْكَوَاكِبِ، وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ ، وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ
لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ
أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Barangsiapa menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu
maka Allah akan tunjukkan baginya salah satu jalan dari jalan-jalan menuju ke
surga. Sesungguhnya malaikat meletakan syap-sayap mereka sebagai bentuk
keridhaan terhadap penuntut ilmu.Sesungguhnya semua yang ada di langit dan di
bumi meminta ampun untuk seorang yang berilmu sampai ikan yang ada di air.
Sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu dibandingkan dengan ahli ibadah
sebagaimana keutamaan bulan purnama terhadap semua bintang. Dan sesungguhnya
para ulama’ adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya mereka tidaklah
mewariskan dinar maupun dirham, akan tetapi mewariskan ilmu. Barangsiapa yang
mengambil bagian ilmu maka sungguh dia telah mengambil bagian yang berharga.”
Ini adalah hadits yang sangat agung. Berisi penjelasan
tentang keutamaan ilmu, kemuliaan ahlul ilmi dan pahala mereka disisi Allah
ta’ala. Hadits diatas mengandung lima kalimat, setiap kalimatnya menunjukkan
akan keutamaan ahlul ilmi dan tingginya kedudukan mereka disisi Allah ta’ala.
Oleh karena itu ImamAl Hafidz Ibnu Rajab rahimahullah memiliki tulisan khusus
yang menjelaskan hadits ini.
Keempat : Diantara hadits shahih yang menjelaskan tentang
keutamaan dan kemuliaan menuntut ilmu adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam :
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ
عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ : إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ
بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila manusia telah meninggal dunia maka terputuslah
semua amalannya kecuali tiga amalan : shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat
dan anak shalih yang mendoakan dia.” [HR. Muslim].
Hadits ini menunjukkan atas agungnya keutamaan ilmu dan
pahala mengajarkan ilmu, baik lewat kajian maupun tulisan. Karena hal tersebut
akan mmbuahkan pahala yang besar untuk manusia baik dimasa hidupnya maupun
setelah kematiannya. Amalannya tidak akan terputus meskipun dia sudah meninggal
dunia, bahkan pahala dan ganjaran dari Allah ta’ala senantiasa mengalir
kepadanya selama ilmu yang dia ajarkan dimanfaatkan oleh manusia. Ini merupakan
perkara kedua yang Allah catat dan tetapkan untuk manusia. Karena Allah ta’ala
menulis amal manusia yang dikerjakan semasa hidupnya serta menulis bekas
(atsar) dari amalannya tersebut setelah kematiannya. Allah ta’ala berfirman :
إِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ
مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ [يس:12]
“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami
menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka
tinggalkan.” [Yasin : 12]
Maka yang dicatat oleh Allah ta’ala adalah amalan seorang
hamba dan bekas dari amalannya. Atsar dari amalan seseorang ada pada saat dia
hidup maupun setelah kematiannya. Oleh karena itu pahala para ulama’ yang telah
meninggalkan dan mewariskan ilmu dari karya tulis mereka senantiasa mengalir
kepada mereka selama manusia mengambil manfaat dari kitab dan tulisan mereka.
Kelima : Diantara hadits yang menunjukkan akan keutamaan
ilmu dan mengajarkannya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Orang terbaik diantara kalian adalah orang yang mempelajari
Al Qur’an dan mengajarkannya.”
Didalam hadits ini terdapat penetapan kebaikan bagi orang
yang menyibukkan dirinya dengan Kitabullah dengan mempelajari atau
mengajarkannya. Oleh karena itu mereka termasuk orang terbaik dari umat ini.
Telah datang hadits dari shahih Muslim bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ
أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ
“Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan Al
Qur’an dan menurunkan derajat kaum yang lain dengannya.”
Keenam : Telah datang keterangan bahwa Nabi kita shallallahu
‘alaihi wa sallam mendoakan kecerahan wajah bagi orang yang memiliki perhatian
terhadap ilmu, berusaha memahami, mempelajari dan mengajarkannya. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا
حَدِيثًا فَحَفِظَهُ حَتَّى يُبَلِّغَهُ، فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ
مِنْهُ، وَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ لَيْسَ بِفَقِيهٍ
“Semoga Allah mencerahkan wajah seseorang yang mendengarkan
hadits, lalu menghafal dan menyampaikannya. Betapa banyak orang yang membawa
fiqih kepada orang yang lebih faham darinya. Dan betapa banyak orang yang
membawa fiqih namun dia bukan seorang yang faqih.”
Kandungan hadits ini menunjukkan akan keutamaan ilmu, karena
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a dengan do’a yang agung dan
berbarakah bagi ahlul ilmi dan penuntut ilmu.
Ringkasnya, ada banyak dalil yang menunjukkan akan keutamaan
dan kemuliaan ilmu. Maka selayaknya seorang muslim dan muslimah untuk
bersungguh-sungguh memperhatikan dan memanfaatkan waktunya dijalan ilmu.
Hendaknya dia selalu memiliki bagian dari menuntut ilmu dalam perjalanan harian
dia. Oleh karena itu Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap kali
selesai dari melaksanakan shalat subuh beliau senantiasa berdo’a :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا
وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
“Ya Allah sesungguhnya saya minta kepada Engkau ilmu yang
bermanfaat, rizqi yang baik dan amalan yang diterima.”
Do’a yang senantiasa beliau ucapkan setiap harinya setelah
shalat subuh ini menunjukkan bahwa menuntut ilmu yang bermanfaat termasuk
tujuan terbesar seorang muslim disetiap perjalanan waktu hariannya. Dan
sesungguhnya menuntut ilmu lebih didahulukan daripada mencari rizqi dan
beramal. Karena ilmu itu sebagai dasar dan pondasi yang dapat membedakan antara
rizqi yang baik dan buruk, anatara amal shalih dan amal tidak shalih. Oleh
karena itu, seorang muslim hendaknya benar-benar memiliki perhatian terhadap waktunya,
dia gunakan untuk menuntut ilmu supaya setiap hari dia mendapatkan bagian dari
ilmu.